Lompat ke konten
Home » Blog » hipervitaminosis d

hipervitaminosis d

Oleh: dr. Leliana Chandra

Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut lemak yang tersimpan di dalam liver dan jaringan lemak. Vitamin D sendiri terbagi menjadi 2, yakni vitamin D2 dan vitamin D3. Sumber vitamin D3 ada dua, yakni makanan hewani (ikan, daging , susu dan produk olahan susu) dan yang terbentuk alami oleh tubuh dibantu sinar matahari.

Yuk, kita bahas mengenai vitamin D3.

Vitamin D3 atau cholecalciferol merupakan suatu bentuk dari vitamin D yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin ini membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang sehingga pencegah keropos tulang serta meningkatkan sistem imunitas tubuh kita, lho!

Pemberian vitamin D tanpa dilakukannya monitoring atau evaluasi kadar vitamin D dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya hipervitaminosis D.

Apa sih hipervitaminosis D itu?

Hipervitaminosis D atau dikenal juga dengan Vitamin D toxicity merupakan kondisi dimana kadar vitamin D dalam darah melebihi batas normal dan menimbulkan efek samping.

Lalu apakah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D atau terkena paparan sinar matahari bisa menyebabkan hipervitaminosis?

Paparan sinar matahari yang berlebihan tidak akan menyebabkan toksisitas, karena adanya pengaturan alami oleh tubuh yang nantinya mengubah vitamin D tersebut menjadi metabolit inaktif. Sedangkan vitamin D yang terdapat pada produk makanan, seperti ikan, daging, produk susu juga tidak akan menimbulkan toksisitas. Namun jika vitamin D dosis tinggi dikonsumsi bersamaan dengan susu tinggi vitamin D, maka akan menimbulkan risiko toksisitas.

Apa dampak yang terjadi jika kita mengalami hipervitaminosis vitamin D?

Toksisitas vitamin D menimbulkan hiperkalsemia, dan menimbulkan gejala sebagai berikut:

  • Kelainan saraf (apatis, kebingungan, gelisah bahkan koma).
  • Kelainan perut (nyeri perut, mual, muntah, konstipasi, ulkus peptikum dan pankreatitis sebagai akibat dari proses kalsifikasi yang berlebih).
  • Kelainan ginjal (sering merasa haus, sering buang air kecil dan batu ginjal).
  • Hiperkalsemia berat dapat menimbulkan gangguan irama jantung.
  • Penurunan fungsi hormon paratiroid sebagai akibat respon negatif pada kondisi hiperkalsemia.
  • Gejala lain yang tidak khas seperti mudah lelah, lemah, penurunan nafsu makan dan rasa nyeri pada tulang.

Namun, ada beberapa penyakit yang memerlukan konsumsi vitamin D dengan dosis yang tinggi sebagai terapi, misalnya pada penderita osteoporosis, psoriasis pasca operasi lambung atau radang pencernaan.

Hubungi dokter Anda untuk memperoleh dosis tepat vitamin D yang perlu dikonsumsi serta lakukan pemeriksaan laboratorium tes kadar kalsium, hormon paratiroid dan serum vitamin D–25OH, tes fungsi ginjal, elektrolit dan EKG untuk mengetahui kadar vitamin D pada tubuh Anda.

Informasi dan Pendaftaran Customer Care:

Klinik Utama Rawat Jalan Gleneagles – Trisensa Diagnostic Centre

Jl. Taman Ade Irma Suryani Nasution No.5 Surabaya

 (031) 5455470 dan  081334534535